Rabu, 11 Juni 2008

GLOBALISASI ICT DALAM PENDIDIKAN


Pertumbuhan dan perkembangan informasi serta teknologi komunikasi dalam era globalisasi mampu merubah dunia dan kehidupan manusia. Masing-masing bangsa yang berdaulat sangat ketat dibatasi secara geografis, kini seakan tidak berdaya, runtuh, takluk menghadapi dasyatnya pengaruh informasi dan teknologi komunikasi tersebut. Ia telah menjajah kesemua negeri, merobohkan benteng-benteng negeri yang kokoh dan kuat, semua negeri seakan menjadi satu yang tak terpisahkan karena perkembangan informasi dan teknologi komunikasi ini.

Sementara itu, kemampuan setiap negara untuk menerima gelombang arus perkembangan informasi dan teknologi komunikasi berbeda. Terdapat dua kelompok besar negara, kelompok pertama adalah kumpulan dari negara yang siap mengadopsi setiap pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini adalah para negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, kelompok kedua adalah kumpulan dari negara yang belum siap mengadopsi setiap pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini adalah para negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia dan Afrika Selatan.

Perbedaan yang menyolok antara kelompok negara maju dan negara berkembang adalah mengenai kesiapan sumber daya manusia yang berbeda. John Naisbitt mengatakan ”Yang Penting Adalah Perangkat Lunaknya” Ini bukan hanya perangkat lunak untuk teknologi melainkan juga perangkat lunak untuk manusianya. Usaha untuk menyiapkan sumber daya manusia di beberapa negara berkembang khususnya Indonesia menggunakan jalur pendidikan. Pendidikan menjadi faktor terpenting bagi Indonesia dalam menghasilkan manusia yang siap untuk terjun dalam persaingan bebas.

Dalam makalah kelompok ini, kami berusaha untuk membahas tentang ciri masyarakat konservatif dan ciri masyarakat progresif, studi komparatif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pendidikan di beberapa negara, dan kecenderungan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dimasa mendatang.

CIRI MASYARAKAT KONSERVATIF DAN PROGRESIF
Pada negara berkembang ciri masyarakan cenderung konservatif :
-
spiritual dan komunal
-
membaca rendah
-
kehidupan sangat menjunjung adat dan tradisi
-
pandangan lokal
- sa
ngat sulit menerima hal-hal baru/inovasi
-
menyatu dengan alam
-
teknologi sederhana
Pada negara maju ciri masyarakat cenderung progresif :
-
rasional dan realistik
-
kebiasaan membaca tinggi
-
kemampuan mengembangkan dan menyerap ilmu dan pengetahuan secara banyak dan cepat
-
terbuka untuk inovasi, bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru
-
pandangan hidupnya berdimensi lokal, nasional dan universal
-
mampu memprediksi dan merencanakan masa depan
-
teknologinya senantiasa berkembang dan digunakan
(Selo Sumarjan 1993, dalam Menyemai Benih Teknologi Pendidikan karya Yusufhadi Miarso).

Dari perbandingan ciri masyarakat diatas, perkembangan teknologi dan informasi ditanggapi secara berbeda, Pada masyarakat konservatif perkembangan informasi dan teknologi ditanggapi secara pasif bahkan cenderung impulsif. Dengan pengetahuan yang sangat minim bahkan tidak tahu pada dunia luar dikarenakan kebiasaan membaca yang sangat rendah dan sangat tidak menguasai alam, maka jika terdapat hal-hal baru, sikap dan tanggapan yang muncul akan cenderung negatif. Hal-hal baru yang bersifat inovatif akan diterima dengan sangat lambat karena cenderung diikuti oleh prasangka dan curiga membahayakan dirinya dan kebiasaan yang sudah ada. Sedangkan pada masyarakat progresif, perkembangan teknologi dan komunikasi ditanggapi secara positif. Cara berpikir yang rasional dan realistik didukung oleh kebiasaan membaca yang tinggi sehingga selalu mengikuti perkembangan ilmu dan pengetahuan akan semakin mendorong dirinya untuk selalu mencari , membuat dan mendapatkan hal-hal baru. Adanya hal-hal baru menjadi suatu kebutuhan hidup utama karena adanya hal baru berarti perbaikan pada hal sebelumnya. Masyarakat progresif memiliki pandangan yang menyeluruh dan mendalam terhadap sesuatu hal sehingga mampu memprediksi dan merencanakan masa depan.

Dalam proses globalisasi, masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society) akan mampu mempercepat arus perkembangan teknologi. Masyarakat berpengetahuan dimiliki oleh masyarakat progresif sehingga pada masyarakat inilah hal-hal baru yang bersifat inovatif terjadi. Masyarakat dengan kebudayaan yang kuat dan agresif akan mampu mengatasi proses globalisasi, sedangkan pada masyarakat dengan kebudayaan yang lemah dan pasif akan sulit atau bahkan tergilas oleh proses globalisasi.

STUDI KOMPARATIF PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN DI MANCANEGARA

Sumber daya manusia menjadi alasan utama dari transformasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Negara berkembang harus secara intensif memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di negara maju. Berikut ini merupakan studi komparatif yang terjadi di beberapa negara berkembang khususnya di negara Afrika Selatan, Malaysia dan India. Sedangkan pada negara maju mengambil contoh negara Amerika Serikat, Canada dan Inggris.

Di negara Afrika Selatan, Sistem Belajar Jarak Jauh sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1946. Tetapi tidak mengalami perkembangan yang berarti karena kondisi politik yang terjadi sangat tidak mendukung berkembangnya teknologi komunikasi. Apalagi teknologi informasi dan komunikasi berada pada jalur pendidikan, sedangkan Afrika Selatan pada saat itu berada pada masa feodalisme negara Inggris sehingga semua sektor kehidupan terutama yang mempunyai hubungan dengan dunia luar sangat dibatasi. Di negara ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berawal dari korespondensi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memang sangat berkepentingan terhadap dunia luar. Sebagai contoh adalah seorang Nelson Mandela, sebagai seorang negarawan yang sebagian besar waktunya dijalani di tempat yang sangat tidak bebas yaitu penjara, tetapi mampu merampungkan pendidikannya. Nelson Mandela seorang lulusan waktu masih dipenjara. Seiring dengan bertambahnya Nelson Mandela yang lain, maka teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat pada tahun 1995. Pada tahun inilah Afrika Selatan mengalami proses reformasi dari pola individual berkembang menjadi pola kelompok dengan munculnya Course Team, Tutorial Centers & New Technologi. Dengan bermunculannya pola kelompok tersebut tercacat jumlah mahasiswa yang ada sebanyak 130.000 orang pada tahun itu.

Di negara Malaysia perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada jalur pendidikan dimulai dengan sistem Dual Mode. Dengan sistem ini virtual students bertatap muka empat kali dalam 14 pertemuan per semester. Pada tahun pertama ini juga perbandingan sistem pembelajaran berkomposisi ; 19% tatap muka, 19% tatap muka, 12% tutorial, 50% CDRoom. Dilihat dari perbandingan sistem pengajaran diatas maka penggunaan teknologi informasi dan komunikasi global mendominasi cara pembelajaran sehingga sangat perlu dukungan sarana prasarana (hardware,software, useware), struktur, sistem dan metode teknologi informasi dan komunikasi secara global. Pada tahun kedua sampai sekarang secara bertahap penggunaan CD-Room diganti dengan WEB-BASED Courseware. Sehingga percepatan sistem jaringan ini menjadi dua kali dari sebelumnya.

Di negara India, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan secara nyata dicetuskan oleh India Eighth Plan pada tahun 1992-1997. Tujuan utama dari kelompok ini adalah bahwa separoh dari seluruh mahasiswa yang ada pada saat itu (50%) belajar melalui SBJJ (Sistem Belajar Jarak Jauh). Target SBJJ pada saat itu sebanyak 1,500.000 mahasiswa. Pada tahun itu juga terdapat 229 study centers , OPENED (Open Education Network) dengan membuka 16 regional centers dan 3 state open university.

Perkembangan informasi dan teknologi di Negara maju sangat cepat diterima, seperti Kanada telah terkemuka dalam perkembangan CIT untuk pendidikan dengan dibukanya jaringan-jaringan informasi dan komunikasi di sekolah-sekolah, seperti School Net, Alberta Distance Learning Centre, The Open Learning Centre (OLA) dan The Commonwealth of Learning (COL). Perkembangan saat ini bahwa 80% dari sekolah-sekolah yang ada disana sudah online.

Di negara Amerika Serikat sebagai negara yang unggul dalam sistem belajar berjaringan, pada tahun 1998 sudah terdapat 26.000 kursus berjaringan ditawarkan oleh hampir semua perguruan tinggi terkemuka. Terbesar University of Phonix, dengan 371.000 mahasiswa online. Program gelar sebanyak 690 dan 170 program sertifikat ditawarkan tersebar disemua perguruan tinggi disana. Sebanyak 1.600 Corporate University yang sangat siap menawarkan sistem pembelajaran online.

Perkembangan informasi dan teknologi di negara Inggris, terdapat 210.000 jumlah siswa dengan perincian 60.000kursus non gelar (non-degree courses) dan 150 siswa bergelar (degree). Terdapat 20.000 overseas students. Pada tahun 1995 meluluskan 160.000 mahasiswa dan mencanangkan program Integrating New Systems and Technologies into Lifelong Learning.

KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI PENDIDIKAN DIMASA MENDATANG.

Menurut Naisbitt, terdapat kecenderungan besar yang sangat berkaitan dengan dunia pendidikan adalah :

  1. Perkembangan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi.
  2. Digunakannya teknologi tinggi dengan sentuhan yang semakin tinggi/halus.
  3. Perencanaan jangka pendek digantikan dengan perencanaan jangka panjang.
  4. Sentralisasi menuju ke desentralisasi.
  5. Demokrasi representatif mengalami perkembangan menuju ke demokrasi partisipatif.
  6. Pola hierarki menuju ke pola jaringan.
  7. Perkembangan dari pilihan antara dua kemungkinan kepada pilihan majemuk.

Sedangkan menurut Bishop G. (1989), meramalkan bahwa pendidikan masa depan akan bersifat lebih luwes (fleksibel), terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukannya tanpa pandang faktor jenis, usia maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Dari peramalan Bishop ini berarti juga bahwa dengan masuknya globalisasi, pendidikan masa depan akan lebih bersifat jaringan, terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktifitas kerja ”saat itu juga” dan kompetitif.

Bagi Indonesia, tuntutan pendidikan masa depan yang mengarah pada globalisasi tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi, karena jika tidak mampu menghadapi akan menjadi korban. Oleh karena itu, dengan memperhatikan : persaingan yang semakin tajam, keadaan geografis yang kepulauan, penduduk tidak merata, peluang kelemahan kemampuan teknologi itu sendiri dan jangkauan tatap muka yang bersifat formal sangat terbatas, maka pendidikan secara umum harus diarahkan pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan sistem belajar jarak jauh.

Mason R. (1994), berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan, bukannya gedung sekolah. Ada 5 alasan mengapa menggunakan teknologi komunikasi, pertama adalah kemampuan akses lebih luas sampai daerah terpencil tanpa tatap muka konvensional, kedua adalah kesempatan pemerataan lebih luas, ketiga adalah satu-satunya alternatif penyelenggaraan pendidikan seumur hidup, keempat adalah memungkinkan terjadinya pertukaran sumber daya yang langka, dan kelima adalah kemungkinan untuk belajar interaktif dan kolaboratif antar siswa dari jarak jauh semakin meluas.

Sedangkan pada lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi, pemanfaatan teknologi telekomunikasi dan informasi dapat berupa :

1. Perpustakaan elektronik (e-Library), Homepage dari The Library of Congress mampu menyajikan informasi melalui akses internet sehingga setiap lembaga pendidikan perlu dilengkapi dengan sarana memadai untuk akses, termasuk media penyimpanan dengan kapasitas memadai serta sarana mencetak dengan bagian-bagian yang diperlukan. Penyediaan dan pengembangan bahan belajar yang luas dan lengkap perli dilakukan untuk mendukung kegiatan kampus maya (virtual class/campus).

2. Surat elektronik (E-mail), hubungan antara dosen, pengelola, mahasiswa, orang tua dan pihak-pihak terkait dapat terjalin intensif melalui sarana ini tanpa tatap muka konvensional.Kegiatan tutorial, laporan perkembangan dan prestasi belajar mahasiswa setiap semester dapat dipantau, sementara asisten dapat memandu kegiatan di kelas. Bahkan mahasiswa dan dosen dapat memperoleh informasi dari dosen lain diluar negeri yang terjalin dalam jaringan interaktif.

3. Ensiklopedia, saat ini banyak perusahaan yang menjajakan ensiklopedia melalui CD- ROM, diharapkan ensiklopedia masa mendatang tidak hanya berisi tulisan dan gambar saja, tetapi juga video, audio, tulisan dan gambar dan bahkan gerakan.

4. Sistem Distribusi Bahan Belajar Secara Elektronik (Digital), kesulitan mendapatkan modul karena tempat tinggal terpencil tidak akan terjadi lagi. Modul bisa diakses lewat internet, meskipun jarak dan keadaan geografis secara nyata sangat sulit. Layanan jasa internet ini dapat dimiliki/ditempatkan pada kantor pos terdekat.

5. Teledukasi dan Latihan Jarak Jauh dalam Cyber System, pendidikan dan pelatihan jarak jauh diperlukan untuk memudahkan akses serta pertukaran data, pengalaman dan sumber daya dalam peningkatan mutu dan profesional dari sumber daya manusia Indonesia.

6. Pengelolaan Sistem Informasi, perguruan tinggi sebagai ”gudang” ilmu pengetahuan dapat menyimpan semua dokumen yang dalam perkembangan lebih lanjut mudah dibuka dan dikomunikasikan. Mirip halnya dengan perpustakaan elektronik. Informasi ini sifatnya lebih dinamik (menyangkut hal-hal yang paling mutakhir) dapat dikelola dalam suatu sistem.

7. Video teleconference, memungkinkan bagi mahasiswa diseluruh dunia untuk saling mengenal dan berhubungan. Dalam kalangan pendidikan dapat merupakan sarana diskusi, simulasi dan dapat digunakan untuk bermain peran pada kegiatan pembelajaran yang berfungsi menumbuhkan kepercayaan diri dan kerjasama yang bersifat sosial.

PENUTUP

Agar tidak terus tertinggal, Indonesia harus dapat dengan cepat mengimbangi perkembangan negara-negara lain, terutama dengan sesama negara Asia. Sumber daya manusia yang ada haruslah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga akan dapat survive dalam iklim globalisasi. Individu menjadi sangat penting kedudukannya dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi . yang bersaing bukanlah antar negara tetapi individu-individu di dalamnya.

Jika kita mencermati studi komparatif dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, perluasan kesempatan pendidikan secara konvensional memakan waktu lama dan mahal terutama bagi Indonesia yang memiliki geografis kepulauan nan luas. Ada 2 cara harus dilakukan yaitu cara internal dan eksternal. Cara internal adalah Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ) sehingga sarana informasi dan komunikasi vital diperlukan (menjangkau daerah terpencil) dan cara eksternal adalah kerjasama dengan luar negeri.

Banyak faktor yang mempengaruhi dilaksanakan atau tidaknya potensi teknologi informasi dan komunikasi terutama hubungan dengan negara lain . Kerjasama dengan luar negeri sangat perlu dilakukan dengan syarat : pertama adalah sumber daya manusia yang mau dan siap untuk menerima perubahan, kedua adalah dukungan kebijakan, ketiga adalah infrastruktur yang memadai dan syarat keempat adalah ketersediaan dana.

Perlu diingat bahwa Indonesia telah menandatangani komitmen dalam WSIS 2004 (World Summit on Information Society) yang salah satu butir kesepakatannya adalah komitmen pada tahun 2015 paling tidak dari 50% penduduk harus dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Pihak yang paling berperan dalam pembentukan individu yang paham teknologi informasi adalah lembaga pendidikan. Artinya bahwa pada institusi pendidikanlah terletak nasib berhasil tidaknya bangsa Indonesia dalam menciptakan masyarakat berbasis informasi dan pengetahuan seperti yang dicita-citakan bersama.


KEPUSTAKAAN

  1. Miarso, Yusufhadi, 2007, Menyemai Bebih Teknologi Pendidikan, makalah disajikan dalam FPTK Expo 1999.
  2. Sumardjan, Selo, 1993, MEDIA Komunikasi Masa dan Globalisasi, makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kebijakan Penerangan Jakarta.
  3. Bishop, G, 1989, Alternative Strategies foe Education, London, Mc Millan Publisher Ltd, dalam Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Yusufhadi Miarso, Kencana, Jakarta.
  4. Mason, R, 1994, Using Communication Media in Open and Flexible Learning, London, Kogan Page Ltd, dalam Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Kencana, Jakarta.
  5. Tilaar, H.A.R, 2004, Managemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan, PT. Remaja Rosdakarya.
  6. Gumilar, Gumgum, 2002, Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Era Globalisasi, http://sisfokampus.wordpress.com/2006/09/23.
  7. Naisbitt, John, 1990, Megatrends, 2000, Jakarta, Bina Aksara.

Tinjauan Filsafati dari Mata Pelajaran Geografi


Aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi dari mata pelajaran Geografi.

Aspek Ontologi Geografi meliputi :

a. Konsep Geografi, secara etimologi berarti ilmu bumi, secara terminologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.

b. Ruang lingkup Geografi adalah aspek alam dan aspek kemanusiaan.

c. Obyek studi, berupa obyek material adalah geosfer meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer, sedangkan obyek formal berupa analisis keruangan, ekologi dan kewilayahan.

d. Konsep geografi meliputi konsep : lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, geomorfologi, aglomerasi, perbedaan wilayah, nilai kegunaan, interaksi dan keterkaitan keruangan.

Jadi bagian ini mencoba menafsirkan alam sebagaimana adanya serta dapat dikembangkan secara realitas yang lebih dalam lagi dan tidak berhenti pada dimensi waktu.


Aspek epistemologi dari Geografi adalah :

Pada dasarnya Geografi mempelajari Geosfer yang terdiri dari lapisan : atmosfer, hidrosfer, biosfer, lithosfer dan antroposfer di bumi. Ke-5 lapisan diatas, masing-masing membahas dan mempelajari tentang arti, jenis, metode/cara, pembagian berdasarkan faktor tertentu, struktur,unsur, hukum, dalil dan terapan. Dan tujuan epistemologi untuk mencari jawab atas pertanyaan dari mana asal-usul alam semesta terjawab pada bagian ini, secara sistematis, empiris dan dapat diuji kebenarannya.

Aspek Aksiologi dari geografi adalah :

Setiap lapisan yang dipelajari dalam geografi baik atmosfer. Hidrosfer, biosfer, lithosfer maupun antroposfer selalu mengandung hakekat nilai/manfaat, meliputi :

a. Subjektivisme (kegunaan bagi manusia), obyektifisme logis (hasil percobaan, pengukuran, bersifat empiris), obyektifisme metafisis (mengapa bumi berputar?)

b. Makna nilai : berguna, baik benar indah, kualitas.

c. Jenis nilai etika dan estetika, misalnya jika tidak beretika maka alam akan marah yaitu banjir.

Jadi tujuan /manfaat dari segala sesuatu telah terjawab pada bagian ini.


Sabtu, 31 Mei 2008

Pendidikan Belum Memerdekakan


Dinilai Terlalu Menekankan Aspek Intelektualitas

Jakarta, Kompas - Cita-cita tokoh pendidikan sekaligus pendiri Tamansiswa,
Ki Hadjar Dewantara, belum tercapai sepenuhnya. Pendidikan saat ini
cenderung memerhatikan intelektualitas belaka dan pada akhirnya belum
memerdekakan. Tamansiswa jangan sekali-kali dipisahkan dari ajaran Ki
Hadjar Dewantara.

Hal itu dikemukakan Ketua Majelis Luhur Tamansiswa Ki Tyasno Sudarto dalam
"Sarasehan Refleksi 85 Tahun Tamansiswa sebagai Gerakan Kebangsaan" di
Jakarta, Rabu (4/7). Perguruan Tamansiswa pertama kali didirikan di
Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Pendirinya ialah Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat, yang pada usia 40 tahun berganti nama menjadi Ki Hadjar
Dewantara.

Ki Tyasno melihat, pendidikan yang lebih menekankan aspek intelektualisme
belaka pada akhirnya memisahkan antara para intelektual dan rakyatnya.
Akibat lebih jauh, mereka kurang memiliki empati pada berbagai persoalan
yang dihadapi rakyat pada umumnya.

"Pendidikan yang lebih mementingkan pikiran belaka membuat jiwa kita tidak
mendapatkan bimbingan. Jika sudah begitu, lalu bagaimana membuat anak
didik berpikiran dan berjiwa. Padahal, upaya dari pembimbingan itu adalah
agar jiwa kita merdeka. Hasil didikan model demikian pada akhirnya membuat
orang- orang terpelajar terpisah dari lingkungannya, " ujar Tyasno.

Dalam sejarahnya, terutama pada masa penjajahan, visi dan misi Perguruan
Tamansiswa antara lain sebagai pendidik bagi jiwa merdeka guna mencapai
Indonesia merdeka. Setelah masa kemerdekaan, Tamansiswa bervisi sebagai
badan perjuangan kebangsaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan
pendidikan dalam arti luas sebagai sarana utamanya. Misinya antara lain
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, daya rasa,
daya karsa, dan daya karya manusia.

Ki Tyasno mengatakan, peringatan 85 tahun Tamansiswa harus bisa dijadikan
momentum sekaligus dorongan bagi warga Tamansiswa untuk menempa diri.
"Kita tidak bisa diam dan harus berjuang. Pendidikan saat ini mengalami
tantangan berat dari globalisasi. Terlebih lagi situasi dan kondisi bangsa
kita sedang terpecah, miskin, terjajah, dan tertindas. Kalau kita tidak
berjuang, kita akan hanyut. Kita harus kembali ke peradaban sendiri,
seperti dahulu Tamansiswa dengan dayanya berperan sebagai pendidikan
berjiwa merdeka," ujarnya.

Ia juga mengingatkan, bekerja menurut kekuatan sendiri merupakan salah
satu bentuk kemandirian yang terus dipelihara. "Kita tidak menolak
bantuan, tapi bantuan itu jika mengurangi kemerdekaan jiwa dan batin tetap
harus ditolak," kata Ki Tyasno.

Makna pendidikan direduksi

Pakar pendidikan Winarno Surakhmad, yang hadir dalam kesempatan itu,
mengatakan bahwa Tamansiswa merupakan gerakan perjuangan. Gerakan yang
pada masanya sangat besar itu, tambahnya, kini belakangan terdengar
samar-samar.

"Saat ini yang dibutuhkan tidak sebatas refleksi, tetapi aksi oleh
berbagai pihak untuk pendidikan," ujarnya. Dia melihat, pemerintah sendiri
sebetulnya telah mempunyai visi dan misi yang bagus, tetapi ketika harus
beraksi sepertinya tidak tahu harus melangkah ke mana.

Pemerintah terkesan mereduksi persoalan pendidikan. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, misalnya, dalam
penerapannya kemudian lebih banyak diterjemahkan sebagai sistem
persekolahan. Akibatnya, lebih banyak fokus pada urusan persekolahan,
seperti persoalan ujian nasional. Sementara hal-hal yang terkait tentang
makna pendidikan yang sebenarnya justru lupa dibicarakan. Pendidikan
kemudian lebih berbicara tentang standar-standar.

"Agar terjadi perubahan, perlu perubahan dalam cara kita mengelola
perubahan, bukan kebertahanan. Pendidikan perlu direvitalisasi supaya
dapat menjadi pemain aktif dalam memanusiakan manusia," ujarnya. (INE)


sumber :
http://www.kompas. co.id/kompas- cetak/0707/ 05/humaniora/ 3655231.htm

Rabu, 14 Mei 2008

ANDAI BURUNG EMAS BERSANGKAR EMAS


Osteogenesis Imperfecta (OI) merupakan suatu kelainan pada tulang yang terbentuk secara tidak sempurna. Penderita OI memiliki kesalahan (mutasi) pada perintah genetik bagaimana membuat tulang-tulang kuat . Sebagai gambaran umum, penderita OI adalah seseorang yang sering mengalami patah tulang sepanjang hidupnya.
PENYEBAB
Dibeberapa kasus secara genetik diturunkan dari orang tua kepada anaknya dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Tetapi ada juga anak yang tidak mendapatkan OI meskipun orang tuanya OI, sebaliknya ada juga anak yang mendapatkan OI meskipun orang tuanya tidak OI. Penyebab kasus ini, gen yang bermutasi secara resesif artinya orang tua tidak ada OI, tetapi keduanya pembawa sifat mutasi gen sehingga anak-anak harus menerima salinan mutasi dari orang tuanya. Ultrasound juga sering dideteksi sebagai penyebab OI selama kehamilan. Tes gen dapat mengidentifikasi adanya mutasi, khususnya jika mutasi gen orang tua juga diketahui.
GEJALA/DIAGNOSA
Osteogenesis Imperfecta disebabkan oleh kerusakan genetik yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat tulang kuat. Yang dominan, OI adalah seseorang yang mempunyai produksi kolagen tipe 1 yang sedikit atau kualitas jelek sehingga protein pada tulang berkurang. Berkurangnya produksi kolagen tipe 1 atau kualitas jelek, dapat juga menyebabkan mutasi gen , Protein ini (kolagen tipe 1) adalah komponen utama yang merekatkan jaringan-jaringan tulang. Pada bagian inilah kerangka tulang dibentuk. Hasil dari semua kasus ini adalah tulang yang mudah patah. Kolagen tipe 1 juga sangat penting untuk membentuk sendi-sendi, gigi dan sclera (warna putih pada mata).
Tanda-tanda orang menderita OI bervariasi tergantung pada jumlah dan gejalanya. Pada OI ada beberapa tipe yang cenderung bertambah. Tanda fisik yang mudah tampak adalah : tulang mudah patah, perawakan pendek, dada burung, wajah segitiga (triangular vace), bermasalah pada pernafasan dan hilangnya pendengaran. Kegagalan saluran pernapasan dan trauma accidental merupakan penyebab kematian terbanyak.
PENGOBATAN DAN PERAWATAN
Orang OI dianjurkan untuk melakukan latihan sebanyak mungkin untuk menguatkan otot dan tulang. Berenang dan terapi air adalah latihan yang aman karena gerakan di air mengurangi resiko patah. Bagi yang bisa berjalan (dengan atau tanpa alat) adalah latihan berjalan yang paling baik. Perawatan berat badan , pemilihan gizi makanan
dan menghindari aktifitas otot dan tulang, merupakan hal yang harus dilakukan. Aktifitas berupa merokok, alkohol, kafein dan pengobatan streroid merupakan larangan keras. Penderita OI harus selalu berkonsultasi dengan dokter atau terapis untuk mendiskusikan latihan yang berkesinambungan.
Belum ada pengobatan nyata bagi.penderita OI. Pengobatan menambah material tulang melalui infus dilakukan dengan harapan membantu penguatan tulang. Terapi ini dilakukan secara periodik. Sebelum infus dilakukan, biasanya diawali dengan pemeriksaan :
1. Pengukuran Antropometri-dalam grafik, meliputi TB, BB, tinggi duduk, arm span, lingkar kepala, panjang lengan kiri dan panjang kaki kiri.
2. Jumlah fraktur dan nyeri-dalam grafik setelah pemberian obat periode sebebumnya.
3. Pencitraan meliputi : BMD (Bone Mineral Density) setiap 6 bulan dan rongent tangan kiri setiap 12 bulan.
4. Kimia darah meliputi : kreatin, ureum, elektrolit, fosfat, alkali fosfatase, SGOT, SGPT, pada bulan ke 3, 6, 12, 18 dan 24. Juga kalsium pada periode sama.
5. Hematologi, meliputi DPL dan trombosit pada periode yang sama dengan kimia darah.
6. Pemeriksaan rehabilitasi medik dilakukan pada pemeriksaan awal dan kemudian tiap 6 bulan dengan instruksi latihan/terapi otot dan tulang berkesinambungan.
Pengobatan non bedah dilakukan apabila terjadi fraktur. Bisphosphonates, intravenously dan resorption dilakukan secara perlahan-lahan, sering mengurangi kepatahan dan sakit pada tulang. Casting, bracing dan splinting tulang, diperlukan untuk membuat tulang tidak bergerak sehingga penyembuhan relatif lebih cepat.
Pengobatan dengan operasi/pembedahan dilakukan apabila terjadi fraktur/patah berulangkali pada tempat yang sama sehingga membuat tulang rusak. Pembedahan ini dinamakan rodding yang artinya tongkat. Tongkat besi ini dimasukkan ke dalam tulang-tulang panjang untuk mencegah dan memperkuat tulang, misalnya tulang kaki dan lengan. Pengobatan dan perawatan lain sedang dicari, termasuk pengobatan oral, suntikan dan terapi gen.
Banyak anak-anak penderita OI, jumlah patah tulang menurun secara signifikan ketika mereka dewasa. Akan tetapi OI bisa aktif kembali setelah menopause pada wanita atau setelah usia 60 pada laki-laki. Meskipun jumlah patah, kebebasan beraktifitas dan perawakan yang pendek, penderita OI cukup produktif dan hidup sukses. Mereka bersekolah, bersahabat, berhubungan, memiliki karir, berkeluarga, berpartisipasi pada olah raga, atau aktifitas lain dan juga anggota aktif dalam komunitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Imperfecta, Osteogenesis Foundation, 2007, Osteogenesis Imperfecta, AS, http://google.com
2. The American Academy of Orthopaedic Surgeons,2007, Your Orthopaepic, AS, Fractures Overview http:://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?
3. Endokrin, RSCM, Jakarta, 2001,Protokol pemberian pamidronat pada penderita Osteogenesis Imperfecta.
4. Medik,Pelayanan, Departemen Kesehatan, Indonesia, 2005, Penggunaan Bone Densitometry pada Penderita Osteogenesis Imperfecta, www.yanmedik-depkes.net/.../2005.